Jogja kota pelajar, Jogja kota berbudaya. Itulah anggapan masyarakat mengenai Jogja, mungkin juga saya. Banyaknya kampus-kampus terkenal di Jogja menjadikan Jogja sebagai kota tujuan untuk menimba ilmu bagi para calon mahasiswa. UGM, UNY, UPN, UII, dan beberapa universitas lainnya, serta beberapa akademi membuat Jogja semakin ramai dengan kedatangan anak-anak perantauan. Tidak heran bila Jogja disebut Kota pelajar. Bahkan orang-orang dari Sabang hingga Merauke bisa ditemui di Kota ini, di Kota Gudeg ini. Tidak ketinggalan juga para bule yang ikut meramaikan Jogja. Entah itu untuk berwisata saja atau memang untuk hal lainnya. Jogja yang masih kental akan budayanya juga menjadi daya tarik lain dari kota ini. Masyarakat yang santun, ramah, bangga akan budayanya, yang menjunjung sultannya, mungkin memang tidak bisa ditemui di kota lain.
Jogja kota yang besar. Akses di kota ini begitu cepat. Mau cari bandara? ada. Audisi acara-acara televisi? sering. Mau cari bioskop? ada dua. Mau cari cafe? berjamur. Mau cari tempat karaoke? nggak cuma satu. Mau cari tempat clubbing? tinggal pilih yang mana. Begitu lengkapnya isi Jogja ini. Mulai dari tempat yang bener sampai tempat yang melenceng pun ada. Anak-anak perantauan yang umumnya berasal dari daerah yang mungkin tidak selengkap ini kadang menjadi terbawa dengan keadaan lingkungan. Ada anak yang fanatik sama agama, pulang ke rumah jadi aneh banget. Ada juga anak yang menghilang gara-gara ikut N11. Ada anak yang biasa-biasa saja. Ada anak yang bisa membuat orang tuanya bangga. Ada anak yang kalo malem malah ajeb-ajeb. Melihat cewek merokok di warung penyetan pun biasa. Anak-anak perantauan memang seperti anak ayam lepas dari kandangnya, anak-anak yang labil, yang terbawa arus sana-sini, yang tidak bisa melihat batas benar dan salah. Punya pacar di Jogja bisa-bisa hamil diluar nikah. Empat dari 24 anak perantauan bisa mengalami ini. Data dari mana? Bukan dari sebuah penelitian memang. Percaya tidak? Lihat saja kalau besok jadi anak kos di Jogja. Amati saja teman-temanmu. Siapa yang ngajak clubbing, siapa yang pacarannya getol sampai nggak pulang kos, siapa yang hamil diluar nikah, siapa yang suka nginep di kos pacarnya atau kontrakan pacarnya, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Lalu pikirkanlah berapa banyak jumlah anak kos di seluruh Jogja. Keras memang hidup di Jogja. Tapi bukan berarti punya pacar di Jogja itu nggak boleh ya..Makanya pilih pacar yang bener! Katanya Jogja Kota berbudaya? Pikirkanlah. Orang-orang dari Sabang hingga Merauke ada di sini, tentu membawa budaya masing-masing, tabiat masing-masing, adab masing-masing. Ada yang baik, santun, tapi ada juga yang bisa membawa pengaruh buruk untuk kamu. Orang Jogja asli mungkin masih tetap menjaga apa yang menjadi budayanya, menjaga kesantunannya, tetapi apakah orang perantauan seperti itu? Semua itu sebenarnya masih bisa dihindari dengan syarat kamu punya pegangan. Pegangan apa? Agama. Agama yang akan menjagamu. Tapi bukan berarti jadi fanatik ya..Mengingat jerih payah orang tuamu untuk membayar uang kuliahmu bisa menghindarkanmu dari perbuatan yang tidak baik. Satu lagi, jangan melawan orang tua selama yang disampaikan itu benar. Melawan orang tua bisa membuatmu kuwalat. Tidak percaya dengan karma? Teman-teman saya sudah membuktikan. Pasanglah foto orang tuamu di dompetmu. Pikirkanlah apa yang terjadi dengan senyum mereka jika kamu mengecewakan keduanya. Dan kembalilah pada tujuanmu untuk apa kamu di sini. Semua hal tadi bisa saja terjadi dimana pun kamu berada. Tidak hanya di Jogja, dimana pun kamu merantau bisa saja terjadi hal yang sama. Oleh karena itu, bisa menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik itu akan lebih baik.
Tulisan ini tidak untuk menyurutkan niatmu untuk menimba ilmu di Jogja. Hanya saja lebih baik kita tahu keadaan sebenarnya supaya tahu pencegahannya. Lebih baik mencegah daripada mengobati kan? Ingatlah, hal-hal yang terlalu selalu tidak baik. Karena penyesalan selalu datang di akhir.
Tetep semangat ya kuliah di Jogja!